Negara Kerajaan Sriwijaya
Bisa jadi, inilah kerajaan maritim terbesar di kawasan Asia Tenggara saat itu. Kerajaan Sriwijaya menguasai perairan barat Nusantara sejak abad VII hingga XV M. Keberadaan Kerajaan Sriwijaya banyak diungkap melalui beragam prasasti dan berita. Misalnya, prasasti Kedukan Bukit (683 M) yang ditemukan di tepi Sungai Talang. Isinya antara lain menceritakan perjalanan suci atau sidayatra yang dilakukan oleh Dapunta Hyang. Ia berangkat dari Minangatamwan dengan membawa 20.000 tentara untuk menaklukkan berbagai daerah. Sementara itu prasasti Talang Tuo (684 M) menceritakan pembuatan Taman Sriksetra. Selain kedua prasasti tersebut, masih ada prasasti yang lain yaitu prasasti Kota Kapur, Karang Berahi. dan Palas Pasemah. Keempat prasasti ini berisi kutukan kepada siapa pun yang tidak tunduk kepada raja Sriwijaya.
Sebuah sumber yang ditemukan di Ligor berupa prasasti yang berangka tahun 775 M menjelaskan pendirian sebuah pangkalan di Semenanjung Melayu. Sedangkan prasasti Nalanda yang berasal dari abad IX M menyebutkan tentang pendirian wihara oleh Balaputradewa. Selain itu, keberadaan Kerajaan Sriwijaya juga banyak ditulis oleh para pengelana yang berasal dari Cina dan Arab. Menurut literatur Cina, nama Sriwijaya ditulis Shih-lo-fo-shih atau Fo-shih, sedangkan literatur Arab menyebut Zabag atau Zabay atau Sribuza.
a. Kehidupan Politik
Hingga kini masih terjadi perdebatan tentang pusat Kerajaan Sriwijaya. Ada yang berpendapat di Palembang yang terletak di tepi Sungai Musi. Pendapat lain menyebutkan bahwa pusat kerajaan berada di Minagatamwan yang terletak di pertemuan Sungai Kampar Kiri dan Kampar Kanan di kawasan Jambi. Hanya saja, ada kesepakatan bahwa urat nadi kerajaan bertumpu pada aktivitas perdagangan. Raja yang pertama bernama Dapunta Hyang Sri Jayanaga.
Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya semakin luas ketika berhasil mengembangkan politik ekspansinya. Sasarannya adalah daerah-daerah yang strategis bagi dunia perdagangan. Perluasan wilayah kekuasaan ini tertulis di dalam prasasti yang ditemukan di Lampung, Bangka, dan Ligor. Bahkan, beberapa sumber Cina juga menyebutkan keberhasilan Kerajaan Sriwijaya di dalam memperluas wilayah kekuasaan hingga ke Semenanjung Malaka. Tidak aneh apabila Kerajaan Sriwijaya dikenal sebagai negara antarnusa
b. Kehidupan Sosial Budaya
Salah satu kebesaran Kerajaan Sriwijaya adalah kedudukannya sebagai pusat pendidikan pengembangan agama Buddha di kawasan Asia Tenggara. Kedudukan ini memengaruhi kehidupan sosial masyarakatnya. Bahkan, menurut I-Tshing pada abad VIII M di Kerajaan Sriwijaya telah terdapat 1.000 orang pendeta yang belajar di bawah bimbingan Sakyakirti.
Menurut prasasti Nalanda, banyak pemuda-pemudi dari Kerajaan Sriwijaya yang pergi ke India untuk belajar agama Buddha. Perhatian raja terhadap perkembangan agama Buddha juga besar, terlihat dengan pemberian sebidang tanah yang hendak dipergunakan sebagai asrama pelajar. Bahkan, Balaputradewa mempunyai hubungan erat dengan raja Dewa Paladewa dari India.
c. Kehidupan Ekonomi
Sebagai sebuah kerajaan maritim, Sriwijaya menggantungkan kehidupannya pada aktivitas kelautan. Apalagi letaknya yang strategis di tepi jalur pelayaran dan perdagangan dunia. Dari situlah, Sriwijaya berkembang menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan transito. Banyak pedagang dari luar kawasan yang datang ke Sriwijaya untuk mengambil beragam komoditas.
Kedudukan Sriwijaya dalam perdagangan itu didukung oleh dua hal yang saling melengkapi, yaitu pemerintahan raja yang cakap dan bijaksana serta armada laut yang tangguh. Pedagang yang datang ke Sriwijaya merasa aman dari gangguan bajak laut dan nyaman untuk tinggal di lingkungan Kerajaan Sriwijaya. Meningkatnya aktivitas perdagangan itu memengaruhi penghasilan kerajaan. Pemasukan itu berasal dari pembayaran upeti, pajak, dan keuntungan dari perdagangan. Selama berabad- abad, Sriwijaya tampil sebagai kerajaan yang kuat, makmur, dan luas jangkauan pengaruhnya.
Lanjut Membaca--> Negara Kerajaan Singasari
Lanjut Membaca--> Negara Kerajaan Singasari